Jumat, 11 Maret 2011

OPT Semangka

A.      Pendahuluan
Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat yang dalam bahasa Inggris disebut Water Mellon. Berasal dari daerah kering tropis dan subtropis Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara seperti: Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Semangka termasuk dalam keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada daerah asalnya sangat disukai oleh manusia/binatang yang ada di benua tersebut, karena banyak mengandung air, sehingga penyebarannya menjadi cepat. Jenis dan varietasnya bermacam-macam ; yaitu semangka introduksi seperti Sugar Baby Cream Suika, Striped Sugar, Sugar Doll, Yellow Doll, garden Baby, dan sebagainya. Masyarakat lebih menyukai jenis semangka tersebut karena rasanya yang manis dan segar. Sekarang semangka lokal sudah tidak terdengar lagi dan bahkan sulit ditemukan di Indonesia. Apabila ditinjau dari segi rasa dan daya tahannya dengan iklim di Indonesia tidak kalah dengan semangka dalam negeri.
Tanaman semangka merupakan salah satu tanaman prioritas utama yang perlu mendapatkan perhatian diantara tanaman-tanaman hortikultura. Buah semangka mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dibanding tanaman hortikultura pada umumnya. Hal ini memberi banyak keuntungan kepada petani atau pengusaha pertanian tanaman semangka. Dan ini memungkinkan adanya perbaikan tata perekonomian Indonesia, khususnya dari bidang pertanian.
Untuk organisme pengganggu tanaman (OPT) pada tanaman semangka dapat digolongkan dalam tiga kategori antara lain adalah hama, penyakit dan gulma. Hama tanaman semangka dapat digolongkan dalam 2 kelompok: hama yang tahan dan tidak tahan terhadap peptisida. Penyakit juga termasuk OPT yang patut diperhatikan keberadaannya. Penyakit pada semangka yang sering terjadi adalah layu fusarium. Selain itu ada juga gulma sebagai OPT tanaman semangka. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh di tempat yang salah. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi secara khas. Gulma adalah tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Sifat inilah yang membedakan gulma dengan tanaman yang dibudidayakan.

B.       Tinjauan Pustaka
1.         Hama
Hama tanaman semangka dapat digolongkan dalam 2 kelompok: hama yang tahan dan tidak tahan terhadap peptisida. Hama yang tidak tahan terhadap pestisida (Kutu daun, bentuk seperti kutu), umumnya berwarna hijau pupus, hidup bergelombol, tidak bersayap, dan mudah berkembang biak. Gejala yang terjadi daun berberecak kuning, pertumbuhannya terhambat. Pengendalian dilakukan secara non kimiawi dan kimiawi dengan obatobatan. Hama kedua adalah hama yang tahan terhadap pestisida seperti: tikus, binatang piaraan (kucing, anjing dan ayam). Pengendallian: menjaga pematang selalu bersih, mendirikan pagar yang mengelilingi tanaman, pemasangan suatu alat yang menghasilkan bunyi-bunyian bila tertiup angin dan diadakan pergiliran jaga (Mambo, 2010).
Hama Thrips ini biasanya menyebabkan tanaman (khususnya hortikultura) daunnya keriput berukuran kecil kalau menyerang tanaman cabai bisa menyebabkan daun keriting. Selain itu hama thrips juga sebagai vektor (pembawa) virus gemini  yang gejalanya mirip serangan thrips itu sendiri namun tanaman biasanya menjadi sangat kerdil dan daunnya berwarna kuning (makanya sering disebut virus kuning). Hama Thrips yang biasanya menyerang bagian tanaman yang masih muda, walaupun bila serangan meledak daun yang sudah tua pun tak luput dari serangan hama ini merupakan hama yang sangat merugikan dan semakin hebat serangannya saat musim kemarau, dan hama ini tidak mengenal hama “cowok” karena telur bisa menetas tanpa dibuahi (partenogenesis) (Yusuf, T., 2010).
Banyak di antara anggota tungau yang hidup bebas di air atau daratan, namun ada anggotanya yang menjadi parasit pada hewan lain (mamalia maupun serangga) atau tumbuhan, bahkan ada yang memakan kapang. Beberapa tungau diketahui menjadi penyebar penyakit (vektor) dan pemicu alergi. Walaupun demikian, ada pula tungau yang hidup menumpang pada hewan lain namun saling menguntungkan. Di bidang pertanian, tungau menimbulkan banyak kerusakan pada kualitas buah jeruk (umpamanya tungau karat buah Phyllocoptura oleivera Ashmed dan tungau merah Panonychus citri McGregor), merusak daun ketela pohon dan juga daun beberapa tumbuhan Solanaceae (cabai dan tomat). Tungau juga menyebabkan penyakit skabies, penyakit pada kulit yang mudah menular (Anonim, 2010).
Ulat perusak daun berwarna hijau dengan garis hitam/berwarna hijau bergaris kuning, tanda serangan daun dimakan sampai tinggal lapisan lilinnya dan terlihat dari jauh seperti berlubang. Pengendalian: dilakukan secara non kimiawi dan secara kimiawi (Mambo, 2010).
2.         Penyakit
Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat yang dalam bahasa Inggris disebut Water Mellon. Berasal dari daerah kering tropis dan subtropis Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara seperti: Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Semangka termasuk dalam keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada daerah asalnya sangat disukai oleh manusia/binatang yang ada di benua tersebut, karena banyak mengandung air, sehingga penyebarannya menjadi cepat
  (Suwandi Wihardjo, 1993).
Beberapa penyakit yang sering dijumpai pada tanaman buah semangka:
1.      Layu Fusarium
Penyebab: lingkungan/situasi yang memungkinkan tumbuh jamur (hawa yang terlalu lembab). Gejala: timbul kebusukan pada tanaman yang tadinya lebat dan subur, lambat laun akan mati.
2.      Bercak daun
Penyebab: spora bibit penyakit terbawa angin dari tanaman lain yang
terserang. Gejala: permukaan daun terdapat bercak-bercak kuning dan
selanjutnya menjadi coklat akhirnya mengering dan mati, atau terdapat rumbai-rumbai halus berwarna abu-abu/ungu.
3.      Antraknosa
Penyebab: seperti penyakit layu fusarium. Gejala: daun terlihat
bercak-bercak coklat yang akhirnya berubah warna kemerahan dan
akhirnya daun mati. Bila menyerang buah, tampak bulatan berwarna merah
jambu yang lama kelamaan semakin meluas.
4.      Busuk semai
Menyerang pada benih yang sedang disemaikan. Gejala: batang bibit
berwarna coklat, merambat dan rebah kemudian mati.
5.      Busuk buah
Penyebab: jamur/bakteri patogen yang menginfeksi buah menjelang masak
dan aktif setelah buah mulai dipetik.
6.      Karat daun
Penyebab: virus yang terbawa oleh hama tanaman yang berkembang pada daun tanaman. Gejala: daun melepuh, belang-belang, cenderung berubah bentuk, tanaman kerdil dan timbul rekahan membujur pada batang
(Anonim, 2009).
3.         Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela pertanaman monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma, namun pada sistem tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang. (Anonim, 2008).
Kehilangan hasil tanaman sangat bervariasi, dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain kemampuan tanaman berkompetisi (beda jenis/kultivar berbeda kemampuan bersaing), jenis-jenis gulma, umur tanaman dan umur gulma, teknik budidaya, dan durasi mereka berkompetisi. Kehilangan tersebut terbagi dua kategori, langsung dan tidak langsung. Gulma berpengaruh langsung terhadap tanaman utama dengan adanya kompetisi terhadap nutrient, air, dan cahaya. Gray dan Hew (1968) melaporkan bahwa Mikania micrantha HBK menyebabkan kehilangan hasil tanaman kelapa sawit sebesar 20% selama lima tahun. Pengendalian Ischaemum muticum L., jenis gulma rerumputan tahunan, mampu meningkatkan berat tandan buah segar sekitar 10 ton/ha dalam waktu tiga tahun (Teo et al. 1990). Penurunan produksi pada jagung RR tanpa pengendalian gulma dilaporkan sekitar 31%                                              (Purba dan Desmarwansyah, 2008).
Beberapa jenis gulma yang dapat merugikan adalah Alang-alang (imperata cylindrica), rumput gerinting (Cynodon dactylon). Rumput teki (Cyperus rotundus), krokot (Portuaca spp), bayam duri (Amaranthus spinosus), sikejut berduri (Mimosa Invisa), rumput wedusan (Ageratum conyzoides), rumput lawatan (Merrenia Spp) dan lain-lain. Di daerah yang mempunyai curah hujan tinggi, lebih dari 2.000mm/tahun pertumbuhan gulma relatif tinggi. Selain itu penggunaan pupuk kandang, terutama kotoran sapi juga sering menjadi pembawa bibit rumput (Sudarto,2009).
Pengendalian mekanis merupakan usaha menekan pertumbuhan gulma dengan cara merusak bagian-bagian sehingga gulma tersebut mati atau pertumbuhannya terhambat. Teknik pengendalian ini hanya mengandalkan kekuatan fisik atau mekanik. Cara ini umumnya cukup baik dilakaukan pada berbagai jenis gulma setahun, tetapi pada kondisi tertentu juga efektif bagi gulma-gulma tahunan                               (Sukman dan Yakup, 1991).
Pengendalian gulma dengan herbisida dapat menimbulkan terbentuknya populasi gulma resisten atau toleran herbisida. Ide bahwa kemungkinan gulma resisten-herbisida muncul sudah ada sejak lama. Peringatan kemungkinan resistensi akan muncul telah ada tidak lama setelah penemuan herbisida fenoksi 2,4-D (Abel, 1954). Pemikiran tersebut terealisasi sejak kasus gulma resisten pertama dilaporkan terjadi pada Senecio vulgaris yang resisten terhadap triazin (Ryan, 1970).
Secara tradisional petani mengendalikan gulma dengan pengolahan tanah konvensional dan penyiangan dengan tangan. Pengolahan tanah konvensional dilakukan dengan membajak, menyisir dan meratakan tanah, menggunakan tenaga ternak dan mesin. Untuk menghemat biaya, pada pertanaman kedua petani tidak mengolah tanah. Sebagian petani bahkan tidak mengolah tanah sama sekali. Lahan disiapkan dengan mematikan gulma menggunakan herbisida. Pada usahatani jagung yang menerapkan sistem olah tanah konservasi, pengolahan tanah banyak dikurangi, atau bahkan dihilangkan sama sekali. Pada tanah Podzolik Merah Kuning (PMK) Lampung, hasil jagung tanpa olah tanah masih tetap tinggi hingga musim tanam ke-10 (Utomo 1997). 
Gulma alang- alang (Imperate cylindrica) merupakan tipe gulma rumput- rumputan (daun sempit). Gulma ini mempunyai kesamaan dengan teki karena bentuk daunnya sama- sama sempit, tetapi dari sudut pengendalian terutama responnya terhadap herbisida berbeda (Yernelis, et al., 2002). Gulma ini masuk dalam kelas monokotil ordo Glunifurae. Ciri morfologi alang- alang yaitu merupakan gulma tahunan akar serabut, batang tegak, memiliki rhizoma, daun berbentuk garis dan berkembang biak dengan biji dan rhizoma.
Mempelajari cara kerja herbisida dalam mematikan tumbuhan sangat diperlukan. Tujuan mengetahui cara kerja dalah untuk memantapkan jenis- jenis herbisida yang digunakan unyuk mengendalikan gulma pada kondisi tertentu. Contoh Growth regulator, dapat mematikan tumbuhan dengan cara menghambat mekanisme hormone tumbuhan, sehingga menyebabkan hormon yang abnormal dan akhirnya akan mati. Sedangkan herbisida yang cara kerjanya menghambat proses fotosintesis adalah yang termasuk golongan Triazine, Urea, Uracil dan Amida. Herbisida yang bekerja sebagai “mitotic poison” umumnya menghambat pembentukan sel biji yang normal sehingga biji gulma tidak akan berkecambah, contoh  golongan Carbamat, Dinitroanilin, dan Amida. Herbisida yang cara kerjanya menghambat proses metabolism protein umumnya herbisida yang bersifat sistemik, contohnya, golongan Alifatik, (Dalapon, TCA)dan golongan Glycine (Glyphosate) (Genowati, et al., 1999).

C.      Metode Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan :
1.    Wawancara kepada pengelola secara langsung
Wawancara dilakukan sebelum pengamatan untuk mengetahui keadaan umum lahan antara lain luas lahan, jarak tanam, hama yang menyerang dan lain-lain dan cara budidaya tanaman semangka.
2.    Pengamtan secara langsung
Pengamatan dilakukan secara langsung pada lahan dengan mengamati gejala yang timbul pada tanaman secara periodik menggunakan lima sampel.


D.      Hasil Pengamatan
1.         Kondisi Umum Lahan
Kebun budidaya semangka ini terletak di Jl. RE Martadinata Ring Road Utara Karanganyar, Wonorejo RT 3 RW 19 Bejen. Lahan areal pertanaman seluas 3500 m2 yang terdiri dari Lahan I seluas 2000 m2 dan lahan II seluas 1500 m2. Pengelola atau petani Pertanaman dilakukan dengan arah utara-selatan agar tiap tanaman mendapatkan sinar matahari yang sama. Tanah di areal pertanaman terlihat sangat lembab, hal tersebut dikarenakan pada areal pertanaman tidak dibuat saluran pembuangan air, sehingga ketika hujan maka air hujan akan menggenang di tanah. Sanitasi terlihat kurang baik, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya gulma yg tumbuh subur di hampir seluruh areal pertanaman.
2.         Cara Budidaya Tanaman
1.    Persiapan benih
a.    Pematahan dormansi. Biji semangka dipatahkan dormansinya dengan cara mekanis, yaitu dipotong pada bagian ujungnya.
b.    Setelah biji dipatahkan dormansinya, kemudian direndam dalam air selama 24 jam
c.    Kemudian biji dibungkus dengan kain untuk dioven/dipanaskan menggunakan lampu. Hal ini dilakukan untuk pemeraman selama 4-5 jam. Setelah biji siap, biji tersebut dimasukkan dalam polybag yang berisi media tanam. Media tanam yang digunakna adalah Wonder Grow (campuran pakis, pupuk kandang, pupuk nitrogen, dsb).
Riwayat tanaman :
-          Lahan bekas tanaman padi
-          Semangka jenis “INUL” yaitu semangka jenis kecil
-          Saat pengamatan pertama, tanaman semangka berumur kurang lebih 4 MST
2.    Persiapan lahankan jarak antar lubang tanam 50 cm. Mulsa yang digunakan adalah MPHP.
a.    Mengolah tanah
b.    Memupuk tanah dengan pupuk dasar
c.    Membuat bedengan dan pemulsaan. Jarak antar bedengan 4,5 m, sedang
3.    Penanaman
Bibit dari polybag dipindahkan ke lahan setelah mempunyai daun antara 3-4 helai. Penanamannya satu bibit per lubang. Penyulaman (jika perlu) dilakukan satu minggu setelah tanam.
4.    Perawatan
a.    Pengairan
Pemberian air pada lahan semangka ini tidak dilakukan secara manual (pompa), melainkan airnya langsung berasal dari sumber yang ada di atas.
b.    Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan cara pengocoran (pemberian pupuk yang telah dilarutkan dalam air, langsung disiramkan/dikocorkan pada lubang tanam). Pupuk yang biasa digunakan adalah Phonska, NPK, SP36, dan Dolomit.
Pupuk Phonska diberikan dengan dosis 10 ml/l, biasanya diberikan dengan campuran NPK. Pemupukan dilakukan sesuai kebutuhan, tidak ada interval waktu tertentu, tergantung tingkat perkembangan tanaman.
Pupuk Dolomit digunankan untuk menetralkan pH (mengatur pH tanah) ketika musim hujan. Selain itu juga digunakan pupuk daun yang berfungsi mempercepat pertumbuhan tunas baru. Pupuk daun yang biasa digunakan adalah Growmet.
c.    Pengendalian OPT
OPT dikendalikan secara kimiawi, langsung menggunakan pestisida meskipun pada tingkat serangan awal (kurang memperhatikan ambang ekonomi). Jadi pengendalian OPT tidak memanfaatkan musuh alami. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di lahan, penyemprotan dilakukan sehari sekali, tetapi bila hari hujan, penyemprotan bisa dilakukan dua kali atau bahkan lebih. Kegiatan ini dilakukan mengingat budidaya ini ditujukan untuk usaha pembuatan benih sehingga buah yang dihasilkan
5.    Persilangan
Tanaman jantan dan betina ditanam pada lahan yang terpisah. Saat tanaman betina mulai muncul bunga, dilakukan pemilihan bunga tertentu (bunga yang kualitasnya bagus) untuk dilakukan penutupan bunga. Penutupan bunga dilakukan saat bunga masih kuncup dan belum diserbuki. Tujuannya agar bunga tersebut tidak terkontaminasi oleh kotoran dan bebas dari gangguan luar (lingkungan). Penutupan dilakukan dengan menggunakan penutup “krupuk” (berwarna merah putih).
Setelah bunga betina mekar, bunga langsungdiserbuki dengan serbuk sari bunga jantan. Bunga yang telah diserbuki ditutup lagi (dibungkus) dengan kertas putih serta diikat dengan karet. Adanya karet ini dapat digunakan sebagai tanda bahwa bunga telah diserbuki.
Persilangan dilakukan kurang lebih pada 30 HST. Penyerbukan dilakukan lebih dari satu kali sampai berhasil. Jika penyerbukan berhasil maka akan terbentuk buah. Pada umur 1,5 bulan, buah mulai dialasi dengan potongan silinder bambu, yang mana pengalasan ini berfungsi untuk menghindari kontak langsung buah dengan tanah, sebagai pencegah pembusukan pada buah karena tanah yang lembab. Dalam satu batang tanaman hannya dikembangkan kurang lebih 3 buah agar pertumbuhan dan hasilnya optimal.


6.    Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada 35-40 hari setelah persilangan terakhir.
7.    Pasca panen
Setelah buah semangka dipetik, buah-buah tersebut dibelah untuk diambil biji-bijinya. Buah yang masih bisa dimanfaatkan bisa dikonsumsi sendiri. Sedangkan yang tidak layak konsumsi akan dikomposkan..
3.         Keadaan OPT
a.         Hama
Jenis OPT yang berada pada areal pertanaman anatara lain adalah kumbang daun, ulat daun, kutu daun, trips. Namun dari hasil pengamatan yang kami lakukan, hanya ditemukan kumbang daun saja. Jumlah populasi kumbang daun pada areal pertanaman tidak terlalu banyak hal tersebut dapat diketahui dari jumlah tanaman yang terserang hanya sedikit. Keberadaan kumbang daun pada tanaman yang terserang mungkin karena tidak meratanya saat penyemprotan pestisida sehingga ada beberapa tanaman yang tidak terkena semprotan pestisida. Serangan OPT tidak sampai membuat tanaman menjadi mati, namun hanya mengakibatkan beberapa tanaman rusak pada bagian daunnya. Pengendalian OPT yang dilakukan pengelola kebun hanya mengandalkan pestisida, tidak adanya usaha untuk mengendalikan tanaman semangka secara alami misal secara mekanik, fisik dan biologis.
b.        Penyakit
Tabel 1 Tanaman Semangka Sampel pada Umur 4 MST
Sampel
Kondisi
Keterangan
I
Tanaman mulai mengering, layu (mengering) serta berlubang dan sobek pada tepi daun.
Terindikasi pathogen
II
Tanaman semangka segar dan sehat, serta berwarna hijau tua (segar).
Tanaman sehat
III
Pada daun terdapat bercak-bercak kekuningan dan coklat serta terdapat gejala klorosis.
Terindikasi  pathogen
IV
Tanaman semangka sehat, serta daun berwarna hijau tua segar.
Tanaman sehat
V
Tanaman semangka sehat, serta daun berwarna hijau segar.
Tanaman sehat
VI
Tanaman semangka sehat, serta daun berwarna hijau segar.
Tanaman sehat
Insiden Penyakit (IP) = 33,33%










                                   

Sumber: Data Pengamatan

IP      =
          =
= 33,33%
Tabel 2 Kondisi Tanaman Semangka Sampel pada Umur 5 MST
Sampel
Kondisi
Keterangan
I
tanaman mengering lebih parah dari pekan pertama pengamatan, warna daun menjadi kuning dan coklat serta mulai robek.
Terindikasi pathogen
II
daun mulai mengering berwarna kuning hingga kecoklatan serta sobek.
Terindikasi pathogen
III
bercak daun yang semula sudah ada (diketahui pada pengamatan pertama), mulai menjalar/meluas menjadi kering.
Terindikasi pathogen
IV
batang mulai menguning, daun mengering menjadi berwarna kuning kecoklatan.
Terindikasi pathogen
V
batang mulai menguning, daun mengering (berwarna kuning).
Terindikasi pathogen
VI
tanaman semangka masih sehat, serta daunnya berwarna hijau segar.
Tanaman sehat
Insiden Penyakit (IP) = 83,33%
   Sumber: Data Pengamatan

IP           =
=  = 83,33%

 tanaman/minggu
Tabel 3 Kondisi Tanaman Semangka Sampel pada Umur 6 MST
Sampel
Kondisi
Keterangan
I
tanaman menjadi kuning semakin parah dari pengamatan sebelumnya. Daun tidak lagi berwarna coklat/kuning tetapi sudah kelihatan busuk. Sobekan daun semakin terlihat pula dan lubang sobekan semakin lebar.
Terindikasi pathogen
II
daun mengering, berwarna kuning hingga kecoklatan semakin parah, daun sobek dan batang juga berwarna kecoklatan.
Terindikasi pathogen
III
bercak kuning pada daun menjadi kering, daun mulai keriting/kerdil, batangnya juga menjadi busuk
Terserang pathogen
IV
batang yang pada pengamatan sebelumnya menguning, sekarang menjadi kecoklatan, daun berwarna kecoklatan.
Terindikasi pathogen
V
daun mengering dan sebagian ada yang mati, daun berlubang, warna daun kuning tetapi tidak menyeluruh
Terindikasi pathogen
VI
tanaman semangka tetap segar, tidak ada gejala terserang penyakit.
Tanaman sehat
Insiden Penyakit (IP) = 83,33%
Sumber: Data Pengamatan
IP      =
=
= 83,33%.    
              
 tanaman/minggu

c.         Gulma
Riwayat Gulma :
Gulma menyababkan tanaman semangka kekurangan unsur hara karena terjadi kompetensi. Pada pengamatan lahan yang dilakukan terdapat gulma yang dikendalikan dan gulma yang tidak dikendalikan.
Pengendalian Gulma : - Pestisida
-   Penyiangan (dilakukan hanya pada gulma yang dekat dengan tanaman).
Jenis Gulma :
-          Rumput- rumputan
-          Putri malu
-          Alang- alang, dll

E.       Pembahasan
Praktikum PHT ini dilakukan kurang lebih selama empat minggu. Dari beberapa lahan budidaya semangka yang berada pada kebun milik Pak Mugiharjo, hanya satu areal saja yang dijadikan sebagai lahan pengamatan kelompok kami. Lahan yang dijadikan sebagai lahan pengamatan terdapat kurang lebih ada 60 tanaman semangka. Secara umum kondisi lahan budidaya kurang begitu baik hal tersebut dapat diketahui dari banyaknya gulma yang tumbuh di sebagian besar pengamatan, selain itu tidak adanya saluran pembuangan air sehingga terdapat beberapa kubangan air pada beberapa tempat di lahan pengamatan.
Dalam pengamatan ini untuk hama diambil 5 sample secara acak pada bagian tengah lahan tersebut. Sample tersebut diamati setiap minggunya untuk mengetahui hama yang menyerang pada tanaman semangka itu. Pada hasil pengamatan minggu pertama dapat diketahui bahwa kelima sampel tidak terdapat gejala atau tanda serangan hama. Dan tidak ditemukan juga keberadaan hama pada kelima sample tersebut. Secara umum kelima sample tersebut tumbuh dengan baik dan sudah terdapat buah.
Pengamatan minggu kedua pada sample pertama masih sama seperti pada pengamatan  minggu pertama,  tidak terdapat gejala serangan hama. Pada sample kedua, beberapa lembar daun terdapat sobekan yang tidak merata namun, tidak ditemukan adanya hama atau serangga. Dilihat dari sobekannya yang cenderung cukup besar, menurut kelompok kami tanaman pada sampel kedua ini terserang oleh hama yaitu kumbang daun (Ephilachna sp.). Pada sample ketiga, sebagian daun terlihat robek-robek dan berlubang tetapi daunnya tidak mengering. Sample ketiga ini terserang hama berupa ulat daun (Spodoptera sp.). Pengamatan sampel keempat, tanaman terlihat baik, daunnya berwarna hijau dan pertumbuhan tanaman tambah lebat dan daunnya banyak. Pada pengamatan sampel kelima, daunnya berwarna hijau tetapi terdapat lubang-lubang kecil yang ada di tepi tanaman tersebut. Hama yang menyerang sample tanaman kelima ini berupa kumbang daun.
Pengamatan yang dilakukan pada minggu ketiga ini pada sample pertama tanaman tetap masih berwarna hijau dan tumbuh besar. Sample kedua, daunnya terserang hama dengan kerusakan lebih parah dengan serangan hama yang sama yaitu kumbang daun. Sample ketiga, terdapat sobekan daun yang makin meluas dibandingkan pengamatan minggu kedua dan ada sebagian daun yang menguning pada pinggir daunnya. Hama yang menyerang adalah kutu daun (Aphis Gossypii G.), karena hama ini daun yang menguning lama-lama berubah kecoklatan dan daunnya mengering. Pengamatan sample keempat terlihat daunnya tumbuh lebat, banyak dan warnanya hijau serta buah tumbuh dengan baik. Sample kelima, memperlihatkan daun yang berlubang tetapi dalam taraf yang kecil dan hanya sebagian saja daridaun yang berlubang yang disebabkan karena kumbang daun (Ephilachna sp.).
Sedangkan untuk pengamatan pada penyakit, berdasarkan hasil wawancara didapatkan informasi bahwa penyakit yang biasanya menyerang antara lain bercak daun, layu bakteri, serta layu Fusarium. Namun secara umum penyakit layu Fusarium lebih dominan. Timbulnya pathogen yang menyebaban penyakit ini adalah kondisi lingkungan yang terlalu lembab. Tingginya tingkat kelembaban di lahan/daerah ini merupakan akibat dari tingginya curah hujan yang terjadi pada tahun ini (musim hujan lebih lama dibanding musim kemarau).
Pengamatan yang dilakukan pada penyakit semangka di lahan CV. Tunas Agropersada ini hanya 4 kali karena memang saat awal pengamatan tanaman semangka sudah siap panen. Dari hasil pengamatan ditemukan beberapa tanaman dengan ciri-ciri tanaman sakit. Ciri-ciri tersebut dapat terlihat dari kenampakan yang timbul, seperti daun yang menguning, terlihat mengering dan kadang terdapat sobekan di daun. Hal ini yang selanjutnya digunakan untuk mencari nilai dari intensitas penyakit yang menyerang tanaman per minggunya. Kemudian dari nilai intensitas yang didapatkan selanjutnya digunakan untuk menghitung laju infeksi serangan pada setiap minggunya. Dari nilai inilah dapat digunakan untuk meramal intensitas perkembangan penyakit pada suatu lahan. Sehingga diharapkan adanya suatu tindakan khusus untuk mencegah terjadinya perluasan serangan.
Untuk minggu pertama pengamatan diperoleh insiden penyakit (IP) sebesar 33,33%. Angka ini meunjukkan serangan penyakit yang menyerang tanaman sample. Untuk minggu ke 2 IP mencapai 83,33% dengan laju infeksi penyakit (r) mencapai 1,614 tanaman/minggu. Kemudian untuk minggu ke 3 IP masih sama dengan r juga masih sama yakni 1.614 tanaman/minggu. Ini menujukkan serangan penyakit pada sample cenderung meningkat tajam. Namun hal ini hanya terbatas pada sample yang diamati. Secara umum dan dari hasil pengamatan dan wawancara di lahan pada keseluruhan tanaman didapat angka kerusakan karena serangan penyakit hanya sekitar 5%. Jadi sangat berbeda dengan sample yang diamati. Hal ini bisa terjadi karena kemungkinan pada waktu pengambilan sample kebetulan tertuju pada tanaman yang terserang penyakit. Selain itu jumlah sample juga tidak bisa mewakili jumlah tanaman secara keseluruhan, sehingga nilai yang di dapatkan tampak kurang valid.
Pada pengamatan terakhir, sudah tidak didapati tanaman semangka karena sudah dipanen. Oleh karena itu kami hanya melakukan wawancara dengan pengelola lahan untuk mendapatkan informasi.  Berdasarkan wawancara tersebut, informasi yang didapat yaitu pada akhir pertanaman didapati beberapa tanaman yang busuk air. Hal ini merupakan akibat dari hujan yang sering terjadi. Untuk mengatasi hal tersebut pengelola lahan menggunakan pestisida. Namun pada dasarnya untuk penyakit pada lahan semangka ini tidak terlalu membahayakan bagi kondisi pertanaman. Serangan penyakit relatif bisa dikendalikan dengan cara penyemprotan pestisida, tetapi memang perlu penyemprotan ekstra dalam penanganannya.
Dari hasil pengamatan untuk gulma yang menyerang ada 3 tipe antara lain rumput, putri malu dan alang-alang. Terdapat dua jenis lahan semangka yang diamati, yaitu lahan semangka yang dirawat dan lahan semangka yang tidak dirawat. Lahan semangka yang dirawat merupakan kebun buah semangka yang akan di ambil bibitnya/ benihnya. Lahan semangka yang tidak dirawat adalah kebun semangka yang hanya diambil benang sarinya dan disilangkan dengan tanaman semangka yang dirawat.
Untuk keseluruhan lahan yang diamati pada OPT gulma tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap kerusakan tanaman semangka. Untuk pengendalian juga masih bisa dilakukan dengan cara manual yakni dengan cara mencabut langsung gulma dari areal lahan. Jadi untuk penyemprotan dengan pestisida tidak banyak diberikan pada OPT jenis ini meskipun pada beberpa kali kesempatan dilakukan penyemprotan tetapi tidak sabanyak yang dilakukan untuk hama dan penyakit.
Cara budidaya yang dilakukan oleh pengelola secara umum sama dengan cara budidaya semangka pada umumnya. Akan tetapi, pada pemeliharaannya ada beberapa yang perlu dikoreksi, antara lain kurangnya perawatan terhadap tanaman semangka seperti pemangkasan pada saat masa vegetatif, penyiangan gulma yang tidak teratur sehingga terlihat banyak gulma yang tumbuh subur mengganggu tanaman pokok. Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan pestisida kimia. Pestisida yang digunakan terdiri dari dua jenis yaitu fungisida dan insektisida. Merk fungisida yang digunakan antara lain Saromyl 35 SD, Daconyl 75 WP, Antracol 70 WP, Probox 50 WP. Sedangkan untuk insektisida menggunakan merk antara lain Curacron 500CC, Spontan 400SL, dan Crespo 18EC.
Dari hasil evaluasi PHT yang dilakukan oleh petani pada lahan tersebut didapat kesimpulan bahwa pengendalian yang dilakukan kurang memperhatikan konsep PHT yag sesungguhnya. Penyemprotan pada semangka dilakukan tiap hari bahkan apabila hari hujan bisa dilakukan dua kali sehari. Penggunaan pestisida yang berlebihan bisa merusak lingkungan dan mengakibatkan degradasi lahan secara bertahap. Dan apabila terus-menerus dilakukan maka bisa dipastikan lahan pertanian bisa menjadi lahan kritis.
Selain itu pestisida juga mengakibatkan timbulnya efek rumah kaca yang menimbulkan pemanasan global. Dari lahan CV. Tunas Agropersada ini kemungkinan pestisida memang sengaja digunakan untuk mencegah kerusakan pada tanaman mengingat lahan ini memang digunakan sebagai usaha pembuatan benih unggul. Keberadaan tanaman yang sehat sangat mempengaruhi produktifitas pembuahan yang selanjutnya dari buah tersebut akan diambil bijinya dan akhirnya untuk dikembangkan menjadi tanaman aru yang memiliki sifat unggul.
Untuk mencegah timbulnya serangan OPT baik dari hama, penyakit dan gulma pada pertanaman berikutnya sebaiknya perlu diadakan penghentian penanaman pada masa tanam berikutnya atau biasa disebut bero. Selain itu bisa juga diambil alternaif lain yakni dengan melakukan pergiliran tanaman.

Tidak ada komentar: